Perjuangan

hiduplah dengan kaidah yang ada

Selasa, 11 Februari 2014

alat pengukuran


Peralatan Yang Digunakan :
1. Pesawat Theodolite
Alat pengukur Theodolitee dapat mengukur sudut-sudut yang mendatar dan tegak. Alat pengukur sudut theodolite dibagi dalam 3 bagian yaitu:
a         Bagian bawah, terdiri atas tiga sekrup penyetel SK yang menyangga suatu tabung dan pelat yang berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat skala lms yang dinamakan limbus.
b        Bagian tengah, terdiri atas suatu sumbu yang dimasukkan kedalam tabung bagian bawah. Sumbu ini sumbu tegak atau sumbu kesatu S1. Di atas sumbu S1 diletakkan lagi suatu pelat yang berbentuk lingkaran dan mempunyai jari-jari kurang dari jari-jari pelat bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran di buat pembaca no yang berbentuk alat pembaca nonius. Diatas nonius ini ditempatkan dua kaki yang penyangga sumbu mendatar. Suatu nivo diletakkan di atas pelat nonius untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.
c         Bagian atas, terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyangga sumbu kedua S2. Pada sumbu kedua ditempatkan suatu teropong tp yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik gb. Pada sumbu kedua diletakkan pelat yang berbentuk lingkaran dilengkapi dengan skala lingkaran tegak ini ditempatkan dua nonius pada kaki penyangga sumbu kedua.
            Jika di lihat dari cara pengukuran dan konstruksinya, bentuk alat ukur Theodolite
di bagi dalam dua jenis, yaitu :                                             
a         Theodolite reiterasi, yaitu jenis Theodolite yang pelat lingkaran skala mendatar dijadikan satu dengan tabung yang letaknya di atas tiga sekerup. Pelat nonius dan pelat skala mendatar dapat diletakkan menjadi satu dengan sekrup kl, sedangkan pergeseran kecil dari nonius terhadap skala lingkaran, dapat digunakan sekrup fl. Dua sekrup kl dan fl merupakan satu pasang ; sekerup fl dapat menggerakkan pelat nonius bila sekerup kl telah dikeraskan.
b        b. Theodolite repetisi, yaitu jenis Theodolite yang pelatnya dengan skala lingkaran mendatar ditempatkan sedemikian rupa sehingga pelat dapat berputar sendiri dengan tabung pada sekrup penyetel sebagai sumbu putar.
Perbedaan jenis repetisi dengan reiterasi adalah jenis repetisi memiliki sekrup k2 dan f2 yang berguna pada pengukuran sudut mendatar dengan cara repetisi.  Selain menggunakan Theodolite, pengukuran poligon Kerangka Dasar Horizontal dapat menggunakan Topcon.
Alat Pengukur Sudut (Topcon)
Negara Asal : Jepang
Topcon Total Station GTS-233N
- Ketelitian Sudut : 3”
- Ketelitian Jarak : ± - (2mm+2ppmxD)
- Pembesaran Lensa : 30x
- Pembacaan Sudut : 1/5”
- Internal Memory : 24.000 Points
- Display : 2 Muka
- Jarak ukur 1 Prisma : 3.000 M
- Jarak ukur 3 Prisma : 4.000 M

Gambar  Topcon total station-233N

jenis-jenis poligon




JENIS-JENIS POLIGON
Pengukuran poligon dapat ditinjau dari bentuk fisik visualnya dan dari geometriknya. Tinjauan dari bentuk fisik visualnya terdiri dari :
     1. Poligon terbuka (secara geometris dan matematis), terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya. Titik pertama tidak sama dengan titik terakhir.

Gambar  Poligon terbuka
·        Poligon terbuka biasanya digunakan untuk :
  • ·        Jalur lintas / jalan raya.
  • ·        Saluran irigasi.
  • ·        Kabel listrik tegangan tinggi.
  • ·        Kabel TELKOM.
  • ·        Jalan kereta api.
     2. Poligon tertutup
Pada poligon tertutup :
·        Garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.
·        Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar daripada ketelitian letak titik awal. Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak tertentu, suatu pertimbangan yang sangat penting. Titik sudut yang pertama = titik sudut yang terakhir





Gambar Poligon tertutup

Poligon tertutup biasanya dipergunakan untuk :

  • ·        Pengukuran titik kontur.
  • ·        Bangunan sipil terpusat.
  • ·        Waduk.
  • ·        Bendungan.
  • ·        Kampus UPI.
  • ·        Pemukiman.
  • ·        Jembatan (karena diisolir dari 1 tempat).
  • ·        Kepemilikan tanah.
  • ·        Topografi kerangka.
     3. Poligon bercabang




Gambar Poligon bercabang

                 4.          Poligon kombinasi


Gambar  Poligon kombinasi
Dilihat dari geometris, poligon terbagi menjadi 3, yaitu:
1.     Poligon terikat sempurna
Dikatakan poligon terikat sempurna, apabila :
·       Sudut awal dan sudut akhir diketahui besarnya sehingga terjadi hubungan antara sudut awal dengan sudut akhir.
·       Adanya absis dan ordinat titik awal atau akhir
·       Koordinat awal dan koordinat akhir diketahui.
2.     Poligon terikat sebagian.
Dikatakan poligon terikat sebagian, apabila :
·        Hanya diikat oleh koordinat saja atau sudut saja
·        Terikat sudut dengan koordinat akhir tidak diketahui
3.     Poligon tidak terikat
Dikatakan poligon tidak terikat, apabila :
·       Hanya ada titik awal, azimuth awal, dan jarak. Sedangkan tidak diketahui koordinatnya.
·       Tidak terikat koordinat dan tidak terikat sudut.

kerangka horizontal


PENGUKURAN POLIGON KERANGKA DASAR HORIZONTAL
                                                                                             
Untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan
bumi, maka perlu dilakukan pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah
Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal. Jadi, untuk hubungan mendatar diperlukan
data sudut mendatar yang diukur pada skala lingkaran yang letaknya mendatar.
Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya dalam
suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat disini adalah sistem koordinat
kartesian dimana bidang datarnya merupakan sebagian kecil dari permukaan
ellipsoida bumi. Dalam pengukuran kerangka dasar horizontal pada prinsipnya adalah
menentukan koordinat titik-titik yang diukur, yang terbagi dalam dua cara yaitu :
Cara menentukan koordinat satu titik yaitu suatu pengukuran untuk suatu
wilayah yang sempit, cara ini terbagi menjadi dua metode yaitu :
1.      Dengan cara mengikat ke muka pada titik tertentu dan yang diukur adalah
sudut-sudut yang ada di titik pengikat. Pengikatan ke muka dilakukan dengan
cara Theodolite berdiri di atas titik/patok yang telah diketahui koordinatnya dan
rambu ukur diletakkan di atas titik yang ingin diketahui koordinatnya.
2.      Dengan cara mengikat ke belakang pada titik tertentu dan yang diukur
adalah sudut-sudut yang berada dititik yang akan ditentukan koordinatnya.
Pengikatan ke belakang dilakukan dengan : Theodolite berdiri di titik yang
belum diketahui koordinatnya, target/ rambu ukur didirikan di atas patok yang
telah diketahui koordinatnya. Pada cara mengikat ke belakang ada
dua metode hitungan yaitu cara :
a.        Collins
Metode yang menggunakan satu lingkaran sebagai bentuk geometrik pembantu
b.       Cassini
Metode yang menggunakan dua lingkaran sebagai bentuk geometrik pembantu.
Pengukuran poligon dilakukan untuk merapatkan koordinat titik-titik di lapangan dengan tujuan sebagai dasar untuk keperluan pemetaan atau keperluan teknis lainnya. Tujuan Pengukuran Poligon Untuk menetapkan koordinat titik-titik sudut yang diukur seperti : panjang sisi segi banyak, dan besar sudut-sudutnya. Guna dari pengukuran poligon adalah
- Untuk membuat kerangka daripada peta
- Pengukuran titik tetap dalam kota
- Pengukuran-pengukuran rencana jalan raya / kereta api
- Pengukuran-pengukuran rencana saluran air
Poligon digunakan untuk daerah yang besarnya sedang (tidak terlalu besar atau terlalu kecil) karena dalam pengukuran mempergunakan jarak ukur langsung, seperti : pita ukur, atau jarak tidak langsung seperti: EDM (Electronic Distance Measure). Untuk pengukuran jarak jauh mempergunakan alat-alat yang menggunakan cahaya.

Jumat, 07 Februari 2014

pengukuran



PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL

Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau
akhir tahun 1970-an memulai upaya penyatuan sistem tinggi
nasional dengan melakukan pengukuran sipat datar teliti yang melewati titik-titik
kerangka dasar yang telah ada maupun pembuatan titik-titik baru pada kerapatan
tertentu. Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi Geodesi
(TTG). ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan
ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini bisa berupa ketinggian muka air
laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka
dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar horizontal.
Pengadaan jaring kerangka dasar vertikal dimulai oleh Belanda dengan menetapkan
MSL di beberapa tempat dan diteruskan dengan pengukuran sipat datar teliti.
Bakosurtanal, mulai
Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi sipat datar masih merupakan cara
pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal
(K) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat
datar pergi dan pulang. Pada tabel 2 ditunjukkan contoh ketentuan ketelitian sipat
teliti untuk pengadaan kerangka dasar vertikal. Untuk keperluan pengikatan
ketinggian, bila pada suatu wilayah tidak ditemukan TTG, maka bisa menggunakan
ketinggian titik triangulasi sebagai ikatan yang mendekati harga ketinggian teliti
terhadap MSL.
Pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda tinggi antara 2
titik dapat ditentukan dengan :
1. Metode pengukuran penyipat datar adalah proses
penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan
yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang
garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titiktitik akan dapat ditentukan dengan garis
sumbu pada pesawat yang ditunjukan pada rambu yang vertikal.
Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik
yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai permukaan ketinggian yang
tidak sama atau mempunyai selisih tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah titik
dapat diketahui maka tinggi titik kedua dan seterusnya dapat dihitung setelah titik
pertama diketahui tingginya.
2. Metode trigonometris Metode trigonometris prinsipnya adalah mengukur jarak langsung   (jarak miring), tinggi alat, tinggi benang tengah rambu dan sudut vertikal (zenith atau inklinasi) yang
kemudian direduksi menjadi informasi beda tinggi menggunakan alat theodolite Pada pengukuran tinggi dengan cara trigonometris ini, beda tinggi didapatkan secara tidak langsung, karena yang diukur
di sini adalah sudut miringnya atau sudut zenith. Bila jarak mendatar atau jarak miring
diketahaui atau diukur, maka dengan memakai hubungan-hubungan geometris         
dihitunglah beda tinggi yang hendak ditentukan itu.

survey



PEKERJAAN SURVEY PEMETAAN

Dalam pembuatan peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan melakukan pengukuranpengukuran di atas permukaan bumi yang
mempunyai bentuk tidak beraturan. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam
pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur di
atas permukaan bumi (Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal) dan
pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik
yang diukur (Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal) serta pengukuran titik-titik detail.
Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan yang tidak
luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya
merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket
pekerjaan perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik sipil. Titiktitik
kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan tebih dahulu koordinat dan
ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen,
mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan



TEORI KESALAHAN

 Dapat disimpulkan sebagi berikut:
1.      Bagian yang harus ada saat pengukuran yaitu benda ukur, alat ukur, dan pengukur/pengamat.
2.      Persyaratan kesalahan saat pengukuran yaitu:
a. Pengukuran tidak selalu tepat
b. Setiap pengukuran mengandung galat
c. Harga sebenarnya dari suatu pengukuran tidak pernah diketahui
d. Kesalahan yang tepat selalu tidak diketahui

3.      Penyebab kesalahan pengukuran yaitu : alam, alat dan pengukur
4.      Factor- factor yang mempengaruhi hasil pengukuran yaitu : keadaan tanah jalur
pengukuran, keadaan/kondisi atmosfer (getaran udara), refraksi atmosfer,
kelengkungan bumi, kesalahan letak skala nol rambu, kesalahan panjang rambu (bukan
rambu standar), kesalahan pembagian skala (scale graduation) rambu, kesalahan
pemasangan nivo rambu, kesalahan garis bidik.
5.      Macam-macam kesalahan yaitu : kesalahan sistematis, kesalahan acak, kesalahan
besar.
6.      Kesalahan pada ukuran dibagi dua, yaitu : kesalahan sudut dan kesalahan jarak.