Perjuangan

hiduplah dengan kaidah yang ada

Jumat, 07 Februari 2014

pengukuran



PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL

Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau
akhir tahun 1970-an memulai upaya penyatuan sistem tinggi
nasional dengan melakukan pengukuran sipat datar teliti yang melewati titik-titik
kerangka dasar yang telah ada maupun pembuatan titik-titik baru pada kerapatan
tertentu. Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi Geodesi
(TTG). ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan
ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini bisa berupa ketinggian muka air
laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka
dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar horizontal.
Pengadaan jaring kerangka dasar vertikal dimulai oleh Belanda dengan menetapkan
MSL di beberapa tempat dan diteruskan dengan pengukuran sipat datar teliti.
Bakosurtanal, mulai
Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi sipat datar masih merupakan cara
pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal
(K) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat
datar pergi dan pulang. Pada tabel 2 ditunjukkan contoh ketentuan ketelitian sipat
teliti untuk pengadaan kerangka dasar vertikal. Untuk keperluan pengikatan
ketinggian, bila pada suatu wilayah tidak ditemukan TTG, maka bisa menggunakan
ketinggian titik triangulasi sebagai ikatan yang mendekati harga ketinggian teliti
terhadap MSL.
Pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda tinggi antara 2
titik dapat ditentukan dengan :
1. Metode pengukuran penyipat datar adalah proses
penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan
yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang
garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titiktitik akan dapat ditentukan dengan garis
sumbu pada pesawat yang ditunjukan pada rambu yang vertikal.
Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik
yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai permukaan ketinggian yang
tidak sama atau mempunyai selisih tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah titik
dapat diketahui maka tinggi titik kedua dan seterusnya dapat dihitung setelah titik
pertama diketahui tingginya.
2. Metode trigonometris Metode trigonometris prinsipnya adalah mengukur jarak langsung   (jarak miring), tinggi alat, tinggi benang tengah rambu dan sudut vertikal (zenith atau inklinasi) yang
kemudian direduksi menjadi informasi beda tinggi menggunakan alat theodolite Pada pengukuran tinggi dengan cara trigonometris ini, beda tinggi didapatkan secara tidak langsung, karena yang diukur
di sini adalah sudut miringnya atau sudut zenith. Bila jarak mendatar atau jarak miring
diketahaui atau diukur, maka dengan memakai hubungan-hubungan geometris         
dihitunglah beda tinggi yang hendak ditentukan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar