PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL
Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan
titik-titik yang telah diketahui atau
akhir tahun 1970-an memulai
upaya penyatuan sistem tinggi
nasional dengan
melakukan pengukuran sipat datar teliti yang melewati titik-titik
kerangka dasar yang
telah ada maupun pembuatan titik-titik baru pada kerapatan
tertentu. Jejaring
titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi Geodesi
(TTG). ditentukan
posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan
ketinggian tertentu.
Bidang ketinggian rujukan ini bisa berupa ketinggian muka air
laut rata-rata (mean
sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka
dasar vertikal dibuat
menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar horizontal.
MSL di beberapa
tempat dan diteruskan dengan pengukuran sipat datar teliti.
Bakosurtanal, mulai
Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi sipat datar
masih merupakan cara
pengukuran beda
tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal
(K) dinyatakan
sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat
datar pergi dan
pulang. Pada tabel 2 ditunjukkan contoh ketentuan ketelitian sipat
teliti untuk
pengadaan kerangka dasar vertikal. Untuk keperluan pengikatan
ketinggian, bila pada
suatu wilayah tidak ditemukan TTG, maka bisa menggunakan
ketinggian titik
triangulasi sebagai ikatan yang mendekati harga ketinggian teliti
terhadap MSL.
Pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda
tinggi antara 2
titik dapat ditentukan dengan :
1. Metode
pengukuran penyipat datar adalah proses
penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau pengukuran
perbedaan elevasi. Perbedaan
yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di atas air
laut ke suatu titik tertentu sepanjang
garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titiktitik akan
dapat ditentukan dengan garis
sumbu pada pesawat yang ditunjukan pada rambu yang
vertikal.
Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua
titik
yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai
permukaan ketinggian yang
tidak sama atau mempunyai selisih tinggi. Apabila
selisih tinggi dari dua buah titik
dapat diketahui maka tinggi titik kedua dan seterusnya
dapat dihitung setelah titik
pertama diketahui tingginya.
2. Metode trigonometris Metode trigonometris
prinsipnya adalah mengukur jarak langsung (jarak miring), tinggi alat, tinggi benang
tengah rambu dan sudut vertikal (zenith atau inklinasi) yang
kemudian direduksi menjadi informasi beda tinggi
menggunakan alat theodolite Pada pengukuran tinggi dengan cara trigonometris
ini, beda tinggi didapatkan secara tidak langsung, karena yang diukur
di sini adalah sudut miringnya atau sudut zenith.
Bila jarak mendatar atau jarak miring
diketahaui atau
diukur, maka dengan memakai hubungan-hubungan geometris
dihitunglah beda tinggi yang hendak ditentukan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar